Nikah Yuk, Khan Rizki dari Allah

“Nikah yuk yank…, khan rizki dari Allah, udah ada yang ngatur,” begitu kira-kira kata sepakat yang sering kita dengar dari kedua sejoli yang kadang aktif di pengajian. Hanya dengan alasan “biar halal” atau “takut dosa karena pacaran”, maka mereka memilih nikah super cepat. Yang biasanya, sang Kyai turut berperan mengantarkan kisah cinta via taaruf ini. Menikah dalam rangka ibadah dan untuk menghindari dosa zina adalah benar. Semua rizki sudah diatur dan berasal dari Allah adalah benar. Namun pertimbangan-pertimbangan ini belumlah cukup. Perlu dicatat bahwa menikah bukan sekedar menyalurkan nafsu syahwat secara syah. Secara hakekat, menikah adalah menyatuan dua individua yang jelas berbeda segalanya, baik jenis kelamin, asal usul, kebiasaan, watak, dll. Bahkan penyatuan akan melebar kepada kedua keluarga besar. Penyatuan kedua sejoli tidak cukup hanya karena keduanya ‘mak nyuss’ dalam ketertarikan secara biragi. Banyak orang siap untuk bercumbu dengan pasangannya, tapi sangat banyak pula yang ternyata tidak siap menerima bahwa pasangannya berbeda dalam segala hal dengan dia. Apakah ini cukup dijawab sederhana bahwa “yang penting se-iman”? Iman terkait dengan habluminnallah (hubungan manusia kepada Allah). Ini mah kagak perlu dipersoalken, asalkan sama-sama alim, jadilah rukun hehe. Namun pernikahan juga penyatuan dan penyelarasan habluminnanash (hubungan manusia dengan manusia), yang didalamnya ada heterogenitas sifat dan kebiasaan. Contoh sepele, satunya suka super pedas, satunya suka diare kalo makan makanan pedas. Satunya ingin tidur dengan cahaya terang, satunya ingin tidur dalam gelap. Ini baru contoh sepele, masih buanyaaaak variasi sifat yang perlu dimengerti. Kembali ke… Nikah, Saat malam pertama, katanya “keringat kecut rasa coklat”. Seiring waktu, ketika sumber keuangan makin menipis ditambah derita materi yang lain, kadang keluar kata pedas “makan tuh cinta, emang cinta bisa ngenyangin?”. Nah lho, ini artinya pernikahan juga harus mempertimbangkan banyak hal, termasuk materi. Ingat donk dalam buku nikah, salah satunya suami wajib menafkahi lahir dan batin kepada istri. Masak abis nikah kok masih numpang atap dan periuk nasi kepada orangtua? Gak sesuai dengan ijab qobulnya donk. Jadi, alangkah baiknya jika nikah itu dilaksanakan dengan niat ikhlas dibarengi dengan strategi mengarugi kehidupan dunia secara jitu, sabar dan tawakal. Pesangon ujar-ujar pada pasangan nikah adalah : “kata pepatah cina, selama ada perbedaan (konflik), selama itu pula akan ada kemesraan” Silahkan dibuktikan……. Mantan Calon Ustadz

8 responses to “Nikah Yuk, Khan Rizki dari Allah

  1. Ki Asmoro Jiwo

    Membaca tulisan ringan tentang menikah, terasa ada benarnya. Namun menurutku kesalahan paling fatal yg sampeyan lakukan adalah nampak bercampur aduknya antara sejoli yg bertawakal dengan yang tidak, alias berlandaskan materi. Sudah pasti keduanya berbeda. Bertawakal, sudah pasti mesti diiringi dengan usaha dan doa. Sedangkan bagi yang berlandaskan materi, mungkin nanti akan keluar kata-kata, “makan tu cinta”. Ini dua sisi kehidupan yg sangat berbeda Bro.

    Adapun mengemukakan perbedaan 2x yang dibawa oleh kedua sejoli menurutku juga tidak perlu karena sudah dipahami muara bertemunya adalah iman. Berapa banyak perceraian yang terjadi karena perbedaan ini? Tidak akan ada sepanjang mereka menghilirinya ke muara iman. Akan tetapi, jika mereka kandas di tengah sungai “nafsu”…maka perbedaan2x itu berujung konflik. Ini yang belum sampai ke muara iman tadi. Oleh karena nafsu itu sah, maka cerai dibolehkan tapi Allah tidak ridho. Seharusnya mereka mengayuh ke hilir lagi sedikit….

  2. Maturnuwun Om,
    Tulisan ini memang ditujukan untuk logika remaja, makanya kutulis di judulnya. Namun memang tulisan ini untuk khalayak segala umur.
    Benar Om,
    bahwa iman adalah landasan yang terkuat. Misi tulisan ini adalah untuk menyentil mereka yang mengatasnamakan iman, tapi aslinya sekedar penyaluran syahwat. sehingga saat timbul bosan, percek-cokan jadi episode berikutnya.
    Ada juga yang ternyata materi gak siap, sehingga malah jadi benalu berkepanjangan.

    Sekali lagi maturnuwun…..

  3. saya sangat setuju dengan tulisan ini!

    Dulu ketika saya akan menikah, saya sempat meminta saran kepada pak Ustadh, dan teman-teman yang saya anggap sangat mengerti agama. dan saran-saran dari mereka adalah:
    “nikah itu ibadah… soal rizki, nggak usah khawatir, udah ada yang ngatur…”
    tapi setelah dijalani, ternyata pernikahan tidak se-enteng yang mereka katakan waktu itu.

  4. saya berkeinginan menikah dan sudah ada orang yang saya minati, tapi saya tak punya rumah di tanah rantau ini? Hutang?> untuk modal menikah… Utang lagi, saya rasa itu membuat saya obyek sasaran zakat.. (dalam doa, saya bermunajat, baiknya saya pemberi zakat) Ya Allah adakah petunjuk untukku lewat mulut manusia siapa saja?

  5. Apakah syarat nikah harus punya rumah?
    “punya” khan tidak harus hak milik sendiri khan? bisa aja kos atau kontrak.
    Yang penting kemauan kuat kok, insyaallah jalan lapang terbentang di depan mata…

  6. yang ada malah diomelin istri terus *sad*

  7. rizki itu sudah diatur oleh ALLAH,,
    tinggal kita yg berikthiar atau berusaha menjemputnya

    coba lihat kucing makanannya ikan padahal kucing takut air
    tapi kucing tidak punah kan..?? (bisa makan)

    cicak makanannya nyamuk padahal cicak ga bisa terbang untuk tangkep nyamuk,,
    tapi buktinya cicak masih ada di muka bumi tidak punah…

    itulah bukti bahwa rizki itu sudah ada yg ngatur..
    namun demikian tentu saja cicak atau kucing tersebut harus berusaha menangkap makanannya…

    begitu juga dengan manusia,, rizki sudah ada yg ngatur atau bisa jadi ada didepan mata,, tapi jika kita tidak mengambil peluang itu maka sama saja…
    jadi kita juga sebagai manusia harus beriktiar,,
    jemput rizki,,

    salam super
    dapatkan wawasan dan koleksi ratusan produk
    di uangsuper
    klik link afiliasi saya..

  8. bener bgt, rizki tu dijemput, bkn d cari.
    g perlu dicari,krn rizki kita sudah diatur,tinggal ikhtiar aja buat menjemputnya.

Leave a reply to Nurleskov Cancel reply